Kesadaran terhadap mutu (quality) memiliki dampak yang luar biasa terhadap tingginya tuntutan manusia akan terpenuhinya keinginan dan kebutuhan mereka. Yang cukup dikhawatirkan adalah jangan sampai kodisi ini akan membuat manusia tidak lagi bisa membedakan apa yang menjadi harapannya dalam ukuran 'kebutuhan' atau kah 'keinginan'. Jelas sekali bahwa kebutuhan tentunya dilatar-belakangi oleh adanya realita; sedangkan keinginan adalah tidak terukur tingkat kepuasannya (baca: tanpa batas).
Ada banyak masyarakat kita yang saat ini sedang menikmati sebuah 'mutu pendidikan' apa adanya jauh dari ketercukupan sarananya, namun masyarakat tersebut tidak pernah merasa kurang apalagi mengeluh. Sementara pula saat yang sama, banyak orang di daerah ketercukupan sarana (baca: maju) telah terbiasa dengan mutu sekolah yang boleh diukur sebagai kemajuan. Namun kondisi ini, malah membuat masyarakat 'maju' tersebut lah yang merasa kehidupannya (khususnya pendidikan) sangat 'kurang bermutu'. Sungguh menjadi sebuah pandangan 'mutu paradox' : kenapa keluhan kok tidak malah muncul dalam kondisi mereka yang 'apa adanya' ?
Memperhatikan kondisi di atas, bisa kita artikan bahwa sudah ada sebuah pergeseran atas tercapainya sebuah perubahan (kondisi). Ternyata sebuah kemajuan yang dicapai (mutu) oleh kelompok masyarakat bukan atas prakarsa sebuah kekuatan sentral (pemimpin : pemerintah) seperti harapan yang ada pada benak kita di masa lalu. Kemajuan yang telah terjadi adalah lebih karena tuntutan dan kesadaran masing-masing individu dalam harapannya mendapatkan sesuatu (pendidikan) yang lebih baik.
Jika pandangan singkat kami di atas bisa dinggap benar, mengapa tidak sebaiknya 'kita semua bersegera melakukan perubahan sendiri' tidak lagi menunggu kesempatan dan arahan dari pimpinan (pemerintah). Dalam hal ini, fungsi pemimpin lebih berfungsi sebagai 'koordinator perubahan' , 'koordinator mutu'. Jangan lagi kita tetep mempertahankan sebuah konsep kepemimpinan : "Ing Ngarso Sung Tulodo", "Ing Madya Mangun Karsa", & "Tut wuri handayani".
Sudah waktunya masing-masing individu melakukan perubahan. Karena terlalu lama jika kita menunggu perbahan dari 'Pimpinan Kita'. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa ternyata 'Pemimpin' di negeri ini sudah identik dengan : "Menang sendiri, Cari Keuntungan, Cari Kemapanan, Cari Kesempatan, Cari Kekuasaan, cari Pengakuan, ...Cari ..cari,... dan cari ".
Jangan lagi mengeluh saudara ku , lakukan lah perubahan mulai diri anda sendiri. Karena sebuah keberhasilan saat ini adalah semata mata karena kemauan kita untuk berubah. Allah telah menunjukkan Kuasa Nya, .....
"Sekali Melangkah Pantang Surut Arah ..."
"Sampai Jumpa di Puncak Kejayaan "....
Selamat Datang Perubahan
BalasHapus